Oleh : Solehuddin*
Nahwu adalah istilah bagi ilmu gamatikal Arab, tema yang di bahas dalam ilmu tersebut adalah bagaimana menetapkan posisi suatu kata dalam susunan kalimat, apakah ia subjek, objek, ataukah yang lainya. Biasanya, dalam Nahwu posisi ini di tentukan oleh perubahan di akhir tiap kalimat bahasa Arab, bisa harokat, atau perubahan huruf.
Baca Juga :
Dalam dunia pesantren, ilmu Nahwu adalah kajian pokok seluruh santri agar bisa membaca serta memahami teks-teks bahasa Arab terutama kitab kuning karya ulama salaf. Selain sebagai penentu kata dalam susunan kalimat di atas, siapa sangka kalau teori ilmu Nahwu juga kerap menjadi filosofi kehidupan sehari-hari. Suatu ketika, ada seseorang mendatangi syaikh Kholil Bangkalan, ia bertanya sesuatu yang remeh sebenarnya “Kyai, lebih utama manakah makan langsung menggunakan tangan atau dengan perantara sendok?” bukanya menjawab secara langsung, beliau tiba-tiba mendendangkan suatu bait nadzm Al Fiah Ibnu Malik.
وفى ختيارلايجيءالمفصل # اذاتاءتى ان يجىءالمتصل
“Selagi masih bisa mendatangkan domir muttasil (domir yang tersambung), tidak perlu mendatangkan domir munfasil (domir yang terputus)”.
Baca Juga :
Dengan bait tersebut syaikh Kholil memberi isyarat bahwa jika masih bisa menggunakan perantara langsung, mengapa juga memakai perantara sendok?. Ada banyak sekali teori ilm Nahwu lainya yang bisa kita jadikan pelajaran kehidupan, jika saja kita merenunginya lebih jauh. Seperti pembahasan i’rab, atau perubahan akhir kalimat, yang jumlahnya ada empat, yaitu Rofa‘, Nasob, khofd (jer) dan jazm. Rofa‘ yang dalam segi bahasa Arab bermakna luhur, memiliki tanda utama berupa dhommah, yang secara bahasa berarti kumpul atau bersatu. Artinya kita akan mencapai derajat luhur apabila kita bersatu, tidak berpecah-belah kemudian nashob yang berarti upaya keras, yang mempunyai tanda utama fathah yang bermakna terbuka. Ini berarti bahwa jalan keluar dari persoalan-persoalan yang kita hadapi akan terbuka jika kita mau berupaya kengan keras.
Baca Juga :
Selanjutnya khafd (jer) yang secara bahasa bermakna rendah dengan tanda utama kasroh yang artinya perpecahan dari khafd ini , kita bisa ambil pelajaran bahwa perpecahan dapat menjadikan seseorang rendah derajatnya, dan yang terakhir adalah jazm, ia bisa diartikan tetap atau konsisten. Tanda utamanya adalah sukun yang berarti tenang. Bisa kita ambil pelajaran bahwa konsisten akan menimbulkan ketenangan. Demikian beberapa contoh pengamalan teori ilmu Nahwu untuk kehidupan sehari-hari.
*Penulis adalah santri Assalafie, siswa kelas III Aliyah MHS
Full Berkah 🤲
Mantap min