Banyaknya alumni pondok pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon, baik putra maupun putri yang tersebar di seluruh penjuru negeri, memungkinkan kita untuk bisa terus berkomunikasi dan berbagi informasi dengan para alumni, baik terkait bidang pendidikan, sosial ataupun pengalaman mereka selama mengenyam pendidikan di pesantren.
Dengan jumlah alumni pondok pesantren Assalafie yang semakin bertambah setiap tahunnya, sejak tahun 2006 sudah terdapat sebuah organisasi yang mewadahi para alumni, yakni IKTASA (Ikatan Alumni Santri Assalafie & Assalafiat) yang dipimpin oleh KH. Asep Saefullah. sebelum ditangani oleh para alumni, organisasi IKTASA ini ditangani langsung oleh pengasuh. Dapat disimpulkan bahwa organisasi IKTASA dibagi menjadi tiga generasi.
Pertama, pengelolaan alumni dilakukan langsung oleh pengasuh, yakni almaghfurlah KH. Syaerozie sampai beliau wafat pada tahun 2000. Dalam masa ini, para alumni hanya berkumpul satu tahun sekali atau pada saat acara Khataman. Setelah beliau wafat, kegiatan alumni Assalafie tetap berjalan tapi tidak terorganisir.
Yang kedua, organisasi para alumni Assalafie dipimpin oleh almarhum KH. Ade Khoerul Maula (pengasuh Majlis Ta‟lim Al Muna Pegarsih Bandung), berdasarkan hasil musyawarah Dewan Keluarga pondok pesantren Assalafie dengan beliau dan para alumni senior lainnya. Hal ini tentu saja bertujuan untuk memaksimalkan wadah organisasi para alumni Assalafie. Beliau memimpin selama kurang lebih 5 tahun, yakni dari tahun 2000 sampai akhir 2005. Namun saat dikoordinir oleh KH. Ade Khoerul Maula, organisasi alumni belum mempunyai nama seperti sekarang, hanya mengadakan pertemuan pertemuan rutin saja.
Kemudian pada tahun 2006, kegiatan ini dipimpin oleh kiyai Asep Saefullah sebagai salah satu alumni pondok pesantren Assalafie, dengan nama IKLAS yang pertama kali dicetuskan oleh Dr. H. Sa’dullah Affandy, M.Ag. M,Si, atau biasa dipanggil Kang Sa’dun, dan disepakati oleh para alumni Assalafie yang lain. Pada Jumat tanggal 03 November 2022 bertepatan dengan Haul KH. Syaerozie ke -23 nama IKLAS diganti menjadi IKTASA, Akhirnya organisasi IKTASA mulai terorganisir dengan adanya ketua umum, bendahara, sekretaris dan sebagainya. Yang kemudian organisasi ini tetap berjalan sampai sekarang sudah kurang lebih 12 tahun, belum ada pergantian kepengurusan. Organisasi IKLAS telah memiliki akte notaris badan hukum. Jadi kegiatan IKTASA sudah mempunyai kekuatan hukum.
Saat ini IKLAS sudah memiliki cabang-cabang sebagai koordintor daerah. Seperti IKLAS cabang Cirebon, Indramayu, Subang, Jakarta dan lain sebagainya. Adapun pusatnya yaitu di Assalafie, Babakan Ciwaringin Cirebon. Dan kantor sekretariatnya berada di NUSA TV, yang beralamatkan di Plered. Di sanalah para pengurus IKLAS mengadakan rapat atau evaluasi dan mempersiapkan pengajian dua bulanan di daerah alumni tersebut. Dengan visi dan misinya untuk selalu mengembangkan kegiatan santri di tengah- tengah masyarakat, dan menciptakan bahwa pembelajaran santri tidak cukup hanya di pesantren saja, sehingga nilai positifnya dibawa ke masyarakat oleh para alumni. Maka, organisasi IKLAS mengadakan pengajian rutinan alumni setiap dua bulan sekali, yang diadakan di daerah alumni secara bergilir. Seperti wilayah CIAYUMAJAKUNING (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), wilayah PASUNDAN (Bandung, Sumedang, Subang, Karawang, Ciamis), wilayah Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Pemalang, Cilacap dan Pekalongan), wilayah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), wilayah Banten (Serang, Pandeglang, Cilegon) dan wilayah luar Jawa (Lampung, Riau, Jambi, Aceh). Dalam satu tahun, ada lima kali putaran dan pada putaran yang keenam adalah berakhir di haul Al Maghfurlah KH. Syaerozie Abdurrahim dan Almarhumin.
Kegiatan pengajian rutin tersebut sudah berjalan selama dua belas tahun sekarang. Dan saat ini waktu perputaran pengajian menjadi tujuh kali, yaitu setiap satu bulan setengah, dan tetap mengadakan putaran terakhir di haul. Penentuan jadwal dan tempat pengajian rutin para alumni
Assalafie dalam satu tahun biasanya dimusyawarahkan pada saat silaturrahmi nasional IKLAS setiap momentum haul tersebut. Adapun dalam pengajian tersebut, selalu diawali dengan pembacaan tawashul dan tahlil bersama.
Sedangkan kitab yang dikaji dalam pengajian rutin tersebut adalah kitab Mauidzotul Mu’minin, ringkasan kitab Ihya ’Ulumuddin, yang materinya disampaikan secara acak oleh pengasuh. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi atau Bahtsul Masail yang diikuti oleh para alumni, santri, dan masyarakat yang hadir pada pengajian tersebut.
Selain kegiatan pengajian rutin di daerah alumni, ada juga beberapa kegiatan yang lain. Diantaranya yaitu, setiap akhirussanah pada malam 27 Ramadhan IKTASA mengumpulkan alumnialumni senior terbatas wilayah tiga Cirebon untuk membahas program-program pondok pesantren. Baik pembangunan maupun kegiatan apapun. Keluarga Assalafie selalu bertukar pikiran dengan pengurus IKTASA. Jadi masukan-masukan atau usulan-usulan itu ada pada kegiatan IKTASA setiap malam 27 Ramadhan tersebut. Selain dewan keluarga, kegiatan ini juga dihadiri oleh para senior, baik yang sudah menjadi kiyai, para anggota dewan, dan berbagai profesi lainnya, untuk diminta sumbang pemikiran demi kemajuan pesantren.
Kegiatan IKTASA juga pernah dilaksanakan di tanah suci, Makkah pada tahun 2016 lalu. Kegiatan ini dihadiri oleh pengurus IKTASA, alumni, juga dari keluarga yaitu, KH. Mufid Dahlan yang pada waktu itu tengah menunaikan ibadah haji. Momentum “IIKTASA Istimewa” ini dilaksanakan pada malam 7 Dzulhijjah bertempat di Masjidil Haram.
Itulah beberapa kegiatan alumni Assalafie yang selama ini mendapat respon positif, baik dari para alumni sendiri, pengasuh pesantren juga masyarakat. Selain beberapa kegiatan alumni yang telah disebutkan, masih ada kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang lain. Seperti kegiatan yang diadakan oleh organisasi daerah yang terfokus pada santri yang masih di pesantren. Seperti, ISASI (Ikatan Santri dan Alumni Assalafie Indramayu), ISAAC (Ikatan Santri dan Alumni Assalafie Cirebon), dan sebagainya. Kegiatan lainnya termasuk santunan sosial, kerja bakti dan lain sebagainya. Beberapa kegiatan tersebut juga termasuk bagian dari program IKTASA.
Terkait dengan kegiatan yang dilakukan IKTASA, mengaji itulah salah satu cara untuk mengeksiskan tradisi santri. Apabila sudah tidak ada lagi kegiatan mengaji di tengah-tengah masyarakat, apalagi mengaji kitab kuning, maka budaya santri akan hilang. Maka dari itu, organisasi IKTASA tetap mengadakan program mengaji seperti yang diadakan di pesantren ke tengah masyarakat atau di daerah alumni secara bergiliran tersebut.
Sehingga masyarakat menjadi tahu, begitupun alumni yang masih bisa merasakan mengaji seperti dulu ketika berada di pesantren.