Setelah satu dasawarsa mendirikan pondok pesantren putra putri Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon, KH. Syaerozie Abdurrohim bersama istri Nyai Hj. Tasmi’ah Syaerozie mencanangkan sistem pendidikan berbasis madrasah bagi santri putri Asalafiyat yang semakin hari kuantitasnya semakin banyak.
Gagasan yang diungkapkan pada tahun 1981 ini mendapat respon positif dan dukungan dari masyarakat, dewan pengurus dan wali santri. Di mana sebelumnya para santri putri hanya belajar dengan menggunakan sistem pengajian bandongan dan sorogan. Sedangkan santri putra sudah lebih dulu menggunakan sistem madrasah, melalui Madrasah Al Hikamus Salafiyah (MHS).
Embrio berdirinya MHS Putri adalah majelis pengajian untuk santri putri Assalafiat yang dikenal dengan istilah takhasus, pada tahun 1981, di mana takhasus terdiri dari dua kelas dengan waktu yang berbeda yaitu pagi dan sore. Takhassus kelas pagi untuk santri putri yang tidak sekolah formal, sedangkan takhasus kelas sore diperuntukkan bagi santri putri yang sekolah formal. Saat itu terdapat sekitar 50 siswi yang mengikuti program takhasus.
Memasuki tahun 1983, sistem dan kurikulum program pengajian takhasus pagi dan sore dirubah sesuai kebutuhan dan perkembangan jumlah santri putri. Direalisasikanlah gagasan pendirian madrasah putri, walaupun saat itu baru memiliki 3 (tiga) kelas. Di antara pengurus pondok
putri Assalafiyat yang turut andil dalam berdirinya madrasah tersebut adalah; Ibu Hj. Maemunah (Pagarsih Bandung), Ibu Tanidah (Bulak Indramayu) dan para pengurus pondok putri dan putra lainnya. Semenjak berdiri, madrasah tersebut belum mempunyai nama. Kemudian pada tahun 1987, berdasarkan arahan dari bapak pengasuh KH. Syaerozie Abdurrohim dan Nyai Hj. Tasmi’ah Syaerozie serta restu para kiai Babakan, madrasah tersebut diberi nama Madrasah Al HikamusSalafiyah Putri disingkat menjadi MHSP, hal inimelengkapi keberadaan Madrasah Al Hikamus Salafiyah (MHS) bagi santri putra di pondok pesantren Babakan Ciwaringin yang sudah berdiri beberapa tahun sebelumnya.
Sejalan dengan waktu, Madrasah Al Hikamus Salafiyah Putri (MHSP) berkembang semakin pesat. dari jumlah siswi yang awalnya 50 orang, pada tahun 2016 ini jumlah siswi MHSP berjumlah 630 orang yang tersebar di tiga tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Dari awalnya 3 kelas, saat ini sudah mencapai 22 kelas dan 2 ruang guru.
Setelah sistem madrasah berjalan efektif, di mana waktu belajar mengajarnya siang hari mulai pukul 14.00 – 16.30, embrio kelahiran MHSP yaitu kegiatan takhasus masih tetap dipertahankan, hanya saja kegiatan ini diperuntukkan khusus bagi santri putri yang tidak sekolah formal, jadi yang tetap berjalan sampai sekarang adalah takhasus kelas pagi, ada 3 kelas ; Ula, Wustho dan Ulya, kegiatan belajar takhasus ini pada waktu dhuha pukul 08.00 – 11.00 BBWI.
Saat ini, struktur pengelolaan Madrasah Al Hikamus Salafiyah putri (MHSP) adalah sbb : Dewan Pembina ; KH. Azka Hammam Syaerozie, KH. Yasyif Maemun Syaerozie. Dewan Keluarga ; KH. Aziz Hakim Syaerozie, KH. Abdul Muiz Syaerozie, KH. Arwani Syaerozie. Dewan Pelaksana ; KH. Ahmad Mufid Dahlan (kepala madrasah tingkat tsanawiyah dan aliyah), KH. Lukman Hakim (kepala madrasah tingkat ibtidaiyah). Di bawah struktur ini, ada koordinator staf, sekretaris, bendahara, wali kelas dan dewan asatidz. Dalam rangka mengawal visi dan misi Madrasah Al Hikamus Salafiyah Putri (MHSP) yaitu memperkuat pilar keimanan dan keislaman para santri, mengoptimalkan bakat dan kemampuan pemahaman kitab kuning serta menyingkronkan spirit ruhani dan jasmani, agar tercipta generasi muslim Indonesia yang berwawasan luas, berkarakter dan berdedikasi terhadap agama dan bangsa. Madrasah AlHikamus Salafiyah Putri fokus pada ranah pendidikan tafaqquh fiddin berbasis kitab kuning, dengan metode pengajian bandongan, pengajian sorogan, muhafadzoh dan musyawaroh.