Makna “New Normal Life” Bagi Santri

Oleh : Dr. KH. Arwani Syaerozie, Lc. MA

Kenormalan baru atau “New Normal Life” adalah istilah yang muncul terkait adanya pandemi Covid-19 pada abad ke 21 Masehi. Segala sesuatu saat ini harus di sesuikan dengan keadaaan darurat penyebaran wabah yang sudah menyebar ke seantero jagat, tak terkecuali negara Indonesia. Ada hal-hal baru yang harus dilakukan umat manusia termasuk komunitas santri di pesantren, dalam rangkan meminimalisir penyebaran wabah Covid-19, diantaranya adalah termasuk mask using (menggunakan masker), hand washing (cuci tangan), dan physical distancing (menjaga jarak). Ini semua merupakan serangkaian aturan dan etika dalam berinteraksi sosial atau aspek “hablun minannas” yang di perhatikan oleh semua orang.
Sebelum adanya wabah Covid-19, mayoritas orang terbiasa berdekat bahkan bedesak-desakan tanpa jarak. Mayoritas orang tidak peduli dengan kebersihan tangan selagi tidak terlihat kotor oleh kedua mata maka kedua telapak tangan di anggap bersih apalagi menggunakan masker, sudah di pastikan hanya dalam keadaan tertentu dan oleh kalangan tertentu saja namun saat ini, menjaga jarak, mencuci tangan dan menggunakan masker, sudah menjadi tren bahkan menjadi kebutuhan.

semangat santri untuk negeri

Tiga contoh “New Normal Life” di atas sebenarnya bisa kita kaitkan dengan doktrin pendidikan para santri di pondok pesantren. Artinya spirit untuk memperhatikan dan melakukan tiga contoh di atas dapat kita temukan dengan gamblang dalam khazanah keilmuan pesantren dan aktivitas para santri.
Pertama mask using (menggunakan masker)
Diantara tatakrama orang pesantren yang selalu di pesankan oleh kyai dan asatidz kepada para santri adalah menutup mulut dengan tangan kiri saat menguap atau batuk. Hal ini sesui dengan sabda Rasulullah SAW. yang artinya “jika kalian menguap maka tutuplah dengan tangannya, karena setan akan masuk” (HR. Ahmad ) menutup mulut saat menguap dan batuk adalah etika yang mulia yang selama ini sudah di terapkan oleh para santri khususnya dan umat Islam pada umumnya jauh sebelum adanya wabah Covid-19, maka menggunakan masker disaat Covid-19 sebagai salah satu bentuk “New Normal Life” harus di budayakan oleh kaum sarungan (santri).

kesetaraan gender dalam kehidupan keluarga

Kedua hand washing (mencuci tangan)

Para santri di pesantren biasanya mengkaji ilmu fikih dari tingkat dasar hingga menengah keatas. Di antara rujukan kitab dalam fan keilmuan ini adalah kitab fasholatan, takrib, safinah dan lain sebagainya. Dalam pembahasan ilmu fikih, bab toharoh (kesucian atau kebersihan) menjadi pembahasan primer, karena beberapa ibadah dan muamalah kerap terkait dengan kesucian atau kebersihan. Secara praktik hand washing (mencuci tangan) saat bewudhu adalah aktifitas rutin yang dilakukan oleh para santri secara khusus dan umat Islam secara umum, jauh sebelum menyebarnya covid-19. Maka pada saat pandemi ini, para santri mesti meningkatkan volume cuci tangan, ketika berwudhu ataupun aktifitas lainya karena manfaat hand wasing (mencuci tangan) bukan hanya dimensi religi akan tetapi juga dimensi medis.

sengketa pakaian

Ketiga physiscal distancing (menjaga jarak)
Hal ini juga erat dengan budaya santri yang sudah menjadi bagian dari aktivitas keseharian para santri di pesantren, seperti antri menunggu giliran mengaji, menunggu giliran mandi, dan mengambil makan. Tentunya diantara nilai yang di dapatkan dari budaya antri adalah kesadaran dan kedisiplinan, dan nilai ini juga yang terkandung dalam budaya physical distancing (menjaga jarak) saat berinteraksi sosial bagi orang yang melakukannya.
Muara dari apa yang di jabarkan dalam tulisan singkat ini adalah : santri harus lebih siap dalam menjalankan kenormalan baru atau “ New Normal life” yang di antara contohnya adalah menggunakan masker saat beraktivitas di luar, menigkatkan volume cuci tangan dan jaga jarak saat berkumpul. Masih banyak hal-hal baru yang kedepan mesti di sesuikan, santri siap mengawal perubahan, dengan demikian santri akan eksis kapan dan dimanapun

Pengasuh Pesantren Assalafiat I Babakan Ciwaringin Cirebon

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *