Oleh : KH. Azka Hamam Syaerozie Lc*
Ada istilah yang umum dengan bahasa persatuan dan kesatuan. Persatuan itu semangat untuk menciptakan sebuah kesatuan. Semangat ini yang harus ada dan harus kita tanam terlebih dahulu. Sebab itu, ada pada akal hati pikiran kita. Pada dalil Al-qur’an pun dijelaskan tentang semangat untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam
ان الله لايغير ما بقوم حتي يغيرما بأنفسهم
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”.(Qs. Ar-ra’d ayat 11)
Realitas kehidupan kita berdasar pada Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda, bermacam-macam tetapi tetap satu tujuan.
Dalam bahasa tauhidnya merupakan irodatullah اردات الله)) yang artinya kehendak Allah. Dikatakan juga dalam ilmu kalam bahwa irodatullah itu belum tentu ridhonya Allah. Seperti halnya kekafiran Abu Jahal dan Abu Lahab ini adalah kehendak Allah tapi allah itu tidak ridho dengan kekafirannya. Jadi, apa yang dikehendaki Allah itu belum tentu Allah ridha.
Keadaan keanekaragaman ini juga kita harus tetap bersatu dan juga harus diiringi dengan ikhtiar.Dan ini tidak bisa tercapai kecuali adanya semangat karena semangat itu untuk membuat kesatuan dengan adanya keanekaragaman. Kita semua harus berprioritas untuk bisa mencapai maslahat, manfaat dan barokah walaupun kita berbeda-beda, tetapi untuk mencapai semua ini akal dan hati kita harus semangat dalam mewujudkan persatuan.
Wasilah untuk bisa mencapai persatuan didasari dengan ayat Al-Qur’an yang berbunyi wasyawirhum fil amri,* bahwa urusan kehidupan diantara makhluk harus didasari dengan bermusyawarah. Tujuan musyawarah sendiri untuk mencari kebersamaan dalam mencapai kemufakatan yang artinya untuk menciptakan sebuah kesatuan.
Realita sinergis negeri ini harus dengan saling memperkuat dan menopang satu dengan yang lainnya dan juga saling menyempurnakan dengan yang lainnya.
Makna dari persatuan itu sendiri merupakan semangat untuk selalu berikhtiar menciptakan kesatuan. Sedangkan kesatuan itu adalah hasil dari sebuah persatuan. Seperti halnya persahabatan dan sahabat. Persahabatan itu berusaha untuk menjadi sahabat yang menghasilkan dengan satu atau yang lainnya.
Jadikan sebuah persatuan sebagai tolak ukur atau semangat untuk berikhtiar dalam menciptakan kesatuan, karena dengan persatuan ini kita akan menjadi kuat. Seperti dengan perkataan yang sudah masyhur “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Jadi kita harus selalu semangat untuk menciptakan kesatuan dan menciptakan kekuatan sehingga bisa mewujudkan kemaslahatan, kemanfaatan dan kebarokahan.
Tentu ini sesuatu yang sangat penting karna persatuan ini adalah usaha untuk menciptakan kesatuan. Maslahat, manfaat dan barokah ini adalah tujuan dari pada hidup karena tidak lain yang mengandung maslahat,manfaat dan barokah hanya ibadah dan taat kepada allah, padahal ibadah dan taat kepada allah itu tujuan diciptakannya makhluk manusia.
Kalau persatuan dan kesatuan itu bisa menjadikan mashlahat, manfaat, dan barokah yang merupakan tujuan dan faedah dari ibadah dan tho’at. Sedangkan manusia, Jika tidak ada semangat untuk mewujudkan atau menciptakan kesatuan, maka tidak akan terwujud faedah ibadah (mashlahat, manfaat, barokah). Itu menunjukan bahwa manusia sama saja seperti hewan, tidak ada bedanya karena akalnya tidak bisa digunakan. Manusia memiliki akal untuk bisa menciptakan persatuan dan kesatuan, berbeda dengan hewan yang tidak berpikir.
Dalam kontek ajaran islam yang bersumber dari qur’an dan hadist, yang wajib untuk menjaga persatuan dan kesatuan adalah seluruh umat muslim.
Adapun politik untuk mendirikan kepemimpinan adalah wajib.Wajib menurut akal, pikiran, dan menurut ajaran syariat. Sedangkan pemahaman AhlusSunahWaljamaah, politik itu untuk menciptakan kepemimpinan. Kewajiban kita orang santri berkewajiban untuk mengikuti mekanisme (cara) yang sudah ditentukan dalam proses menciptakan imamah atau kepemimpinan. Pertama adalah menjaga amanah ketertiban dan keharmonisan.Tujuannya untuk menciptakan kepemimpinan yang aman, tertib dan harmonis.
Yang sudah memiliki hak pilih, wajib digunakan untuk memilih. Itulah yang harus dilakukan oleh santri sebagai pelajar-pelajar syariat, dan orang-orang yang disiapkan sebagai dai-dai atau kader-kader da’i islam.
Tahun politik, kapanpun, sekarang, dan nanti yang hubungannya dengan menciptakan kepemimpinan, tetap harus menjaga keamanan, ketertiban dan keharmonisan serta kudu nyoblos (Harus nyoblos). Berpartisipasi dalam menetukan pilihan.
*Penulis Merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon.