Oleh : Asyrofie, M.Pd.I*
Santri” identik dengan seseorang yang tinggal di Pondok Pesantren yang kesehariannya mengkaji kitab salaf atau kitab kuning, dengan tubuh dibalut sarung, peci, serta pakaian ala santri menjadi pelengkap dan menambah ciri khas tersendiri bagi mereka.
Asal-usul kata “santri” sendiri menurut DR. Nurcholis Majid (Cendekiawan Islam) sekurang-kurangnya ada dua pendapat yang dapat di jadikan bahan acuan.Pertama, berasal dari bahasa Sankskerta, yaitu “sastri“, yang berarti orang yang melek huruf. Kedua, berasal dari bahasa Jawa, yaitu “cantrik“, yang berarti seseorang yang mengikuti kyai di mana pun ia pergi dan menetap untuk menguasai suatu suatu keahliantersendiri.
Berbeda dengan pendapat DR. KH. M.A. Sahal Mahfudz (Rais ‘Aam PBNU dan Ketua Umum Pusat MUI) yang justru mengatakan bahwa kata “santri” berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “santaro“, yang mempunyai jama’ (plural) sanaatiir (beberapa santri). Di balik kata “santri” tersebut yang mempunyai empat huruf Arab (sin, nun, ta’, ra’).
Adapun empat huruf tersebut yaitu : Sin, yang bermakna dari lafadz “satrul aurah” (menutup aurat) sebagaimana layaknya kaum santri yang mempunyai ciri khas dengan sarung, peci, pakaian koko, dan sandal ala kadarnya sudah barang tentu bisa masuk dalam golongan huruf sinini, yaitu menutup aurat.
Nun, yang bermakna dari lafadz “na’ibul ulama” (wakil dari ulama). Dalam koridor ajaran Islam dikatakan dalam suatu hadits bahwa : “al-ulama warasatul anbiya’ (ulama adalah pewaris nabi), Ta’, yang bermakna dari lafadz “tarkul ma’ashi” (meninggalkan kemaksiatan). Ra’, yang maknanya dari lafadz “raisul ummah” (pemimpin umat).
Demikian juga Sejarah santri tidak lepas dengan sejarah pondok pesantren yang keberadaanya telah berdiri pada ratusan tahun silam di buktikan dengan para tokoh dan juga pondok pesantren yang sampai saat ini masih tetap eksis di bumi nusantara.
Hal ini juga yang sebenarnya menjadi tantangan santri sekarang dengan persaingan global yang tidak bisa dihindari dan perkembangan teknologi yang sangat maju menjadikan santri bukan hanya di tuntut belajar dalam ilmu agama tapi juga harus bisa belajar ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman baik belajar lewat lembaga pendidikan ataupun instrumen lain yang bisa di buat untuk belajar.
TUGAS SANTRI MASA KINI
Dengan Pengaruh kuatnya globalisasi itu, seakan menarik santri untuk mengajak ke dunia luar sana melalui berbagai media masa, media komunikasi dll. Minat santri terhadap kitab kuning khasnya kini mulai teralihkan dengan adanya TV, Internet, HP, dan situs jejaring sosial seperti facebook, twetter, messenger dll.
Tapi sebenarnya hal itu bisa menjadi pemicu santri untuk bisa mengahadapi perkembengan teknologi dengan tetap berpegang pada aturan dan juga makna santri itu sendiri suapaya menyampaikan hal hal yang positif ketika menggunakan alat tekonologi itu.
Di samping itu santri juga harus bisa mnejadi agen of change yakni agen dari sebuah perubahan terhadap masyarakat dengan memberikan inovasi dan juga ajakan – ajakan yang sifatnya adalah agar sesuai dengan aturan yang ada.
Sehingga apa yang menjadi tujuan santri yakni menjadi orang yang bisa bermanfaat pada orang lain bisa tercapai dengan tetap sesuai dengan cara – cara yang sudah di atur sebelumnya dan di kondisionalkan dengan perkembangan zaman yang ada.
*Penulis merupakan Alumni Assalafie dan pernah menjabat sebagai kepala pondok 2014-2016