Menjadi Ahlul Quran

Oleh : Nyai Khofidoh Maryam Muiz*

Kita sering mendengar para kyai mendoakan agar dirinya, keluarganya, anak cucunya dan bahkan para muridnya agar kelak menjadi ahlil qur’an. Hal ini dapat kita pahami dalam doa yang biasa di lantunkan para kyai misalnya, “Allahummaj’alnaa wa auladanaa, wadzurriyyatinaa, wa talamidzanaa min ahlil ilmi wal khori wa ahlil qur’an”.

Lalu, apa yang dimaksud dengan ahlil qur’an ? Ahlil qur’an oleh banyak ulama dalam kitab-kitab klasik di sebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang dengan kesungguhannya mau mengamalkan dan mempelajari Al Qur’an.  Ada lagi yang menyebutkan bahwa ahlul qur’an adalah orang yang senantiasa menjadikan alqur’an sebagai sumber inspirasi dalam menjalankan kehidupan sehari hari. Bahkan ada pula yang memgartikan alhul qur’an adalah orang-orang yang hafal Al Quran dan mengamalkannya.

Mengamalkan alqur’an membutuhkan beberapa syarat, pertama, dia lebih dahulu harus mempunyai kemampuan membaca alqur’an dengan fasih dan tartil. Tanpa kemampuan membaca al qur’an mana mungkin seseorang dapat memahami kandungannya dengan utuh. Karena itu, tidak heran jika di setiap pesantren, termasuk di pesantren Assalafie-assalafiyat, belajar membaca Al Qur’an merupakan satu pelajaran penting.

Syarat kedua adalah mampu memahami makna kandungan al qur’an. Di pesantren, santri di suguhkan belajar tafsir Al-Qur’an, balaghoh, ilmu asbab an-nuzul dan lain-lain, tujuannya adalah mengasah kemampuan pada diri santri dalam memahami makna Al-Qur’an. Sebab, seseorang sangat sulit dapat mengamalkan al qur’an jika maknanya saja tidak di mengerti.

Dengan kemampuan membaca Al Qur’an secara benar dan memahami makna Al-Qur’an yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah pada gilirannya akan membuat seseorang dengan mudah mampu mengaktualisasikan ajaran al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi Ahlul Qur’an sangatlah beruntung baik di dunia maupun di akherat. Karena itu, sebagai mana di singgung diatas, para kyai mendoakan agar dirinya, keluarganya, anak cucunya dan murid-muridnya menjadi ahlul qur’an. Jadi, tujuannya adalah agar dirinya, kelaurganya, anak cucunya dan murid-muridnya menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan di akherat.

Di dalam menalqin orang yang meninggal, mayyit di ajari untuk menjawab pertanyaan malaikat dengan jawaban bahwa al-qur’anu imimi, (Al Qur’an adalah imamku). Artinya, al qur’an di jadikan sebagai rujukan dan petunjuk dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Inilah salah satu makna penting menjadi ahlul qur’an.

              Selain itu, Al-Qur’an juga memiliki khasiat menarik. Orang yang sering membaca al-qur’an, sebagaimana banyak di katakan oleh para ulama, akan di anugrahi oleh Allah SWT sebuah kejernihan hati dan kecerdasan otak. Karena itu, Khadrotu Syekh Al-Maghfurlah KH. Syaerozie Abdurrahim berwasiat; “wiridane santri iku nderes pelajaran karo maca Al Qur’an”. Tujuannya tentu saja adalah mendorong para santri agar dapat meraih wawasan keilmuan yang luas dan mendalam serta memilki kejernihan hati dan kecerdasan otak.

Wallahu ‘alam Bissawab. 

*Penulis adalah Dewan Keluarga Pondok Pesantren Putra Putri Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *