Rutinkan Ngaji Tafsir Jumat 12/13/2024 | 2:00-04.00 WIB Para santri dan para alumni di Pondok Pesantren Assalafie, babakan ciwaringin cirebon intens ngaji kitab Tafsir Jalalain karya Syekh Jalaludin As-Suyuti dan Syekh Jalaluddin Al-Mahalli satu kali dalam sebulan. Kegiatan ngaji yang bersifat rutunitas ini dipandu langsung oleh romo abah Azka Hammam , kegiatan tersebut untuk membekali para santri khususnya para alumni sekalian agar paham dengan maksud yang tertera dalam Al-Qur’an baik yang tersurat maupun makna yang tersirat. Lantaran menurut beliau, tak sedikit ustadz-ustadzah dimasyarakat luas yang berdakwah namun kurang memahami makna yang sebenarnya dalam Al-Qur’an. “Ini adalah salah satu kegiatan rutinan Pondok Pesantren Assalafie, ngaji sentral setiap awal bulan,
Di zaman milenial ini, kebanyakan orang terutama dai (pendakwah) untuk memahami Al-Quran hanya dengan membaca arti sekaligus menghafalnya. Kemudian dari hafalan tersebut dijadikan hujah atau dalil untuk memperkuat materi dakwahnya. Padahal, lanjut dia, masih ada banyak ilmu yang dapat mendorong pemahaman Al-Quran dengan baik dan benar. Di antaranya adalah ilmu tafsir. “Untuk itu santri zaman sekarang tidak hanya harus menghafal atau membaca Al-Qur’an saja, mengkaji ayat-ayat Al-Quran dengan ilmu tafsir juga sangat penting untuk memahami makna dan isi yang terkandung di dalamnya,” Dalam pandangannya, memahami kalamulllah hanya dengan membaca arti setiap ayat-ayatnya tidak cukup. Bahkan hal ini cenderung menimbulkan pemahaman yang jauh dari makna sesungguhnya. Karenanya, sejumlah ilmu yang berkaitan langsung dengan cara memahami Al-Quran dengan baik dan benar tentu tidak bisa dikesampingkan. “Membaca arti saja tidak cukup untuk memahami dan mengkaji ayat Al Quran, dan belajar ilmu agama itu tidak diperkenan belajar otodidak layaknya belajar ilmu umum tanpa guru yang sanad ilmunya jelas. Apalagi belajar Al-Quran, yang di mana kita memahami kalamulllah,”
Ngaji bulanan ini tidak hanya menjadi gerakan penguatan literasi berbasis kitab kuning, tapi juga menjadi media tabarrukan (berharap keberkahan) dalam mendapatkan sanad keilmuan yang akurat dan turun menurun dan ajang silaturahmi bagi para alumni yang sudah boyong. Melalui ngaji bulanan, terbentuk relasi yang sangat kuat antara kiai dan kitab kuning serta santri dan para alumni. Relasi ini penting untuk memastikan transmisi keilmuan tetap terjaga, tidak putus di tengah jalan, dan terus terlestarikan. juga menjadi proses reproduksi “arti baru” dari kitab kuning yang ditulis sejak ratusan tahun. “Proses pemaknaan baru ini penting, minimal untuk memberikan warna khusus dalam tantangan zaman dengan berbagai macam permasalahannya,