Mempertahankan Lingkungan Akhlaq Pesantren

Oleh: Nyai. Hj. Ila Mursila Syaerozie, S.Kom,I*

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mendidik dan menata pribadi setiap santrinya untuk berakhlaqul karimah kepada setiap orang. Dan juga membekali mereka dengan ketaqwaan karena setinggi apapun jabatan mereka di muka bumi ini dan sehebat apapun mereka dalam menaklukkan dunia ini, hal itu tidak akan ternilai tanpa adanya bekal iman dan ketaqwaan.


Seiring dengan kemajuan teknologi yang modern, hal ini menjadi perhatian besar untuk setiap para santri. Dengan adanya akses internet yang memicu terjadinya kerusakan moral baik di kalangan santri itu sendiri maupun kalangan masyarakat. Dampak dari dunia maya tersebut tidaklah bisa
dianggap remeh. Meski secara perlahan, ia akan merusak jiwa-jiwa qur‟ani yang telah ada pada setiap jiwa seorang muslim. Hal itu harus bisa digaris bawahi oleh setiap santri dan masyarakat agar tetap berada di
koridor ulama salaf dan jalur yang ada.


Meskipun sekarang serba modern karena jaman memang sudah semakin canggih. Para santri harus bisa mengambil menfaat dari kecanggihan jaman sekarang namun mereka tetap istiqomah untuk tidak menghilangkan tradisi kesalafan yang ada. Hal itu merupakan pondasi ketaqwaan mereka. Kesuskesan suatu negara itu dipicu dari generasi
yang sekarang. Untuk itu, marilah berbenah diri untuk menjadi suri tauladan yang baik. Baik itu dikalangan pesantren ataupun kelak di masyarakat nanti. Berawal dari menjadi pengurus pesantren dan kemudian menjalar ke bidang-bidang lainnya. Karena kehidupan di pesantren merupakan sebuah cermin untuk para santri kelak ketika mereka sudah terjun di masyarakat.


Hal itu sudah terbukti nyata. Tidak sedikit lulusan pesantren yang menjadi pejabat pemerintahan, pengusaha sukses, ulama besar apalagi tokoh masyarakat. Semua itu tidak lain dari barokah pesantren dan
ridho kiai-Nyai di pesantren. Etika atau sopan santun seorang santri harus bisa dijadikan sebagai barometer akhlaq khususnya untuk kalangan yang non santri. Seperti layaknya berpakaian, tata ucapan, cara berfikir atau
bahkan yang paling penting adalah cara mereka bergaul. Mereka harus bisa menyaring atau memilih dengan siapa dan bagaimana ia memilih teman dan berteman.


Di kalangan pesantren, tidak terhitung jumlah para santri yang memiliki kemampuan yang jauh dari perkiraan orang-orang. Untuk itu, tidak ada batasan di pesantren untuk mereka yang memang memiliki bakat
lebih. Selalu mengapresiasikan dan memberikan ruang untuk mereka dalam mengembangkan kemampuan.


Baik di bidang akademik maupun non akademik yang bersifat kegiatan extrakulikuler. Dengan catatan tidak mengabaikan kewajiban dan peraturan yang sudah ada di pesantren apalagi yang berkaitan dengan megaji. Karena prioritas utama sebuah pesantren adalah untuk
mengaji.


*Penulis Merupakan Pengasuh pondok pesantren putri Assalafiyat IV

3 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *